Yavrim.com

Katak dan Ikan Gabus

Konon suatu ketika di tanah Borneo,
terjadilah persahabatan antara seekor Ikan Gabus dan seekor Katak. Persahabatan mereka berdua sungguh erat. Saling berbagi, saling membantu dan saling ingin membahagiakan satu sama lain. Untuk itu sering kali mereka berdua berlomba-lomba memberikan yang terbaik pada sahabatnya.

Suatu hari, di musim mabau, pergilah si Katak ke ladang si Ikan Gabus untuk membantu si Ikan Gabus menyiangi padi di ladangnya. Begitulah sepanjang pagi sampai siang mereka berdua membersihkan tanaman padi dari rumput-rumput liar sambil bercerita dan bercanda.

Nenek dan Ikan Gabus

Di pinggir sebuah hutan tinggallah seorang nenek tua bernama nenek Sabar. Ia hidup sebatang kara, suami dan anak-anaknya sudah meninggal karena sakit. Setiap pagi ia mencari daun-daunan untuk dijual ke pasar dan ditukar dengan makanan. Itulah pekerjaannya sehari-hari. Nenek Sabar bertetangga dengan pak Engki, orang paling kaya di desanya, tapi juga terkenal paling kikir, ia tak pernah mau membantu tetangganya yang kebanyakan miskin dan susah.

Si Kelingking

Alkisah, di sebuah dusun di Negeri Jambi, ada sepasang suami-istri yang miskin. Mereka sudah puluhan tahun membina rumah tangga, namun belum dikaruniai anak. Segala usaha telah mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan mereka, namun belum juga membuahkan hasil. Sepasang suami-istri itu benar-benar dilanda keputusasaan. Suatu ketika, dalam keadaan putus asa mereka berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

Dongeng Tiga Anak Raja

Alkisah, disebuah negeri antah berantah, bertahta seorang raja yang terkenal sangat bijak dan arif. Ia memerintah dengan penuh keadilan, sehingga membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat dan negeri. Namun ada satu masalah yang mengganjal hati sang raja. Sang permaisuri melahirkan 3 anak lelaki kembar. Sehingga sangat sulit bagi sang raja untuk menentukan siapa yang berhak menjadi putera mahkota.

Ciung Wanara

Prabu Barma Wijaya Kusuma memerintah kerajaan Galuh yang sangat luas. Permaisurinya 2 orang. Yang pertama bernama Pohaci Naganingrum dan yang kedua bernama Dewi Pangrenyep. Keduanya sedang mengandung
Pada bulan ke-9 Dewi Pangrenyep melahirkan seorang putra. Raja sangat bersuka cita dan sang putra diberi nama Hariang Banga.

Leo Mencari Teman

Leo adalah seekor singa pemalu. Ayah, Ibu dan saudara-saudaranya semua pemberani. Kadang Leo merasa sedih karena tidak punya teman.
"Mama," katanya. "Mengapa tidak ada yang bermain bersamaku ?"
"Mereka pikir kamu menakutkan, karena kamu seekor singa," jawab Mama Singa.

Pipit dan Rajawali

Suatu hari, Rajawali dan Pipit hinggap bersama di sebuah batu besar.
"Selamat pagi, Rajawali," sapa Pipit ramah.
Rajawali melirik sedikit pada Pipit. Lalu dengan kepala yang terangkat tinggi ia menjawab, "Selamat pagi juga."
"Semoga hari ini semua pekerjaan berjalan lancar." kata Pipit.
"Memang sudah seharusnya begitu," kata Rajawali dengan angkuh. "Aku ingatkan! Kami adalah raja di antara semua burung.

Tangga Kebahagiaan

Saudagar Divo sangat kaya raya. Namun ia tidak bahagia. Ia takut tidak berumur panjang. Ia ingin bertambah kaya lagi. Juga ingin memiliki kesaktian. Saudagar Divo menceritakan isi hatinya itu kepada Logi, juru masaknya yang setia. Logi sudah bertahun-tahun menemani Saudagar Divo yang tidak memiliki keluarga. Ia selalu mendengarkan keluh kesah tuannya dengan sabar. Logi tidak mengerti, mengapa harta sebanyak itu tidak membuat tuannya bahagia. Logi segera mencari akal.

Tiga Tangkai Mawar

Raja Huang menerima tamu dari negara lain. Tamu tersebut membawa hadiah tiga tangkai mawar merah. Yang satu sudah mekar dengan semputna, yang satu baru mulai mekar, dan satu lagi masih kuncup.
"Mawar-mawar ini bisa diberikan pada tiga wanita yang paling Raja sayangi dan hormati." kata tamu tersebut. "Siapa yang memandang mawar-mawar ini selama lima menit setiap hari, maka wanita itu akan bertamhbah cantik. Tetapi bila kelopak-kelopak bunga nawar ini semuanya telah gugur, maka kecantikan mereka akan kembali seperti semula!"

Lilin Ajaib

Noris adalah seorang gadis yatim piatu penjual lilin. Walaupun miskin, ia selalu menolong orang yang butuh bantuannya. Suatu hari, Noris melihat seorang nenek tergeletak di pinggir jalan pasar. Noris segera menghanpiri nenek itu.
"Nenek sangat lemas... haus dan lapar..." kata nenek itu.
Noris segera memapah nenek itu, membawa ke rumahnya. Noris memberikan nenek itu sepiring nasi dengan ikan kecil. Itu adalah makanan terakhir yang dimiliki Noris. Nenek itu makan dengan lahap.

Paman Dermawan

Bentuk roti-roti Paman Pablo seperti badan sang pemilik nama. Besar-besar. Mantap. Pas untuk orang yang banyak makan. Harganya pun mahal. Lebih-lebih mereka membeli dengan uang sakunya sendiri. Bibi Pablo menyarankan Paman Pablo untuk membuat roti dengan ukuran kecil juga. Namun, Paman Pablo keras kepala. Bila sudah membuat keputusan, tidak ada yang bisa menggoyahkannya. Itulah sebabnya, sejak toko rotinya buka, hanya roti besar-lah yang memenuhi toko miliknya.