Yavrim.com

Tangga Kebahagiaan

Saudagar Divo sangat kaya raya. Namun ia tidak bahagia. Ia takut tidak berumur panjang. Ia ingin bertambah kaya lagi. Juga ingin memiliki kesaktian. Saudagar Divo menceritakan isi hatinya itu kepada Logi, juru masaknya yang setia. Logi sudah bertahun-tahun menemani Saudagar Divo yang tidak memiliki keluarga. Ia selalu mendengarkan keluh kesah tuannya dengan sabar. Logi tidak mengerti, mengapa harta sebanyak itu tidak membuat tuannya bahagia. Logi segera mencari akal.

Suatu hari, Logi teringat pada sesuatu. Iapun mendatangi tuannya.
"Tuan Divo, sebaiknya Tuan mencari tangga kebahagiaan," saran Logi.
Saudagar Divo terkejut. "Tangga kebahagiaan ? Di mana aku bisa mendapatkannya ?"
"Ada sebuah pohon beringin besar di tengah hutan Bukit Timur. Di pohon itu ada sebuah tangga dari akar pohon. Itulah tangga kebahagiaan," ujar Logi. "Apakah semua keinginanku bisa terkabul ? Aku ingin awet muda, melipatgandakan harta dan memiliki kesaktian." Logi tersenyum dan mengangguk.
Keesokan paginya, saudagar Divo berangkat menuju hutan Bukit Timur. Dengan mudahnya ia menemukan pohon beringin besar seperti yang dikatakan Logi. Betul, ada tangga dari akar pohon terjulur dari atas pohon. Saudagar Divo menunggu beberapa saat di balik semak-semak. Ia ingin membuktikan kebenaran kata-kata Logi sebelum menaiki tangga itu.
Mula-mula datang seorang nenek membawa guci air di pundaknya. Nenek itu menaiki tangga dan menghilang di antara rimbunan dahan beringin. Sesaat kemudian, turun seorang wanita muda dengan guci yang sama di pundaknya.
Saudagar Divo terkejut. Wanita itu sangat muda dan cantik. Padahal wanita yang naik sebelumnya sudah sangat tua. Berarti tangga itu memang bisa membuat seseorang awet muda, pikir saudagar Divo.
Setelah itu, datang seorang anak laki-laki. Ia menaiki tangga sambil melempar-lempar ke udara koin di telapak tangannya. Anak itu lalu menghilang di antara rimbunan dahan. Saat ia turun kembali, ia tampak memegang masing-masing satu koin di kedua tangannya. Berarti koin itu berlipat ganda, menjadi dua! Pikir saudagar Divo girang.
Kemudian datang seorang pria sebaya saudagar Divo. Ia menarik sebuah gerobak berisi peti besar. Pria itu lalu mengeluarkan seutas tambang yang ujungnya terbelah dua. Di kedua ujung tambang, tampak ada kait besi. Masing-masing kait lalu ia kaitkan ke sisi kiri dan kanan peti. Pria itu lalu menaiki pohon sambil membawa ujung tambang besar. Ia pun menghilang di balik rimbun pohon. Anehnya, peti berat tadi lalu terangkat ke atas pohon dengan begitu mudahnya.
Saudagar Divo takjub melihat itu semua. Logi tidak berbohong! Tangga itu akan membuat semua keinginannya terkabul. Ia akan awet muda. Hartanya akan berlipat ganda. Ia juga bisa memiliki kesaktian seperti pria yang kuat tadi.
Dengan tidak sabar, saudagar Divo menaiki tangga itu. Namun begitu sampai di atas, saudagar Divo sangat terkejut.
Ia menemukan sebuah rumah di atas pohon tersebut. Di dalamnya ada nenek yang dilihatnya pertama kali. Ada juga beberapa anak kecil yang tidur di lantai di rumah kecil itu. Saudagar Divo lebih terkejut lagi saat wanita cantik yang tadi turun, kini datang bersama anak kecil pembawa koin. Penghuni rumah di atas pohon itu juga terkejut melihat saudagar Divo.
"Maaf, Tuan ini siapa ? Kenapa datang ke rumah kami ?" tanya nenek yang dilihatnya pertama kali.
Rumah ? Saudagar Divo bingung. Ia memperkenalkan diri. Lalu bercerita tentang tangga kebahagiaan yang diceritakan Logi, juru masaknya.
Para penghuni rumah pohon tersebut tertawa.
Laki-laki yang mengangkat peti tadi berkata,"Jangan terlalu percaya pada cerita adikku itu, Taun. Logi memang suka bercanda."
"Logi itu adikmu ?" tanya saudagar Logi.
"Ya. Logi memang suka bercanda. Tapi ia sangat bertanggung jawab. Selama ini dia membantu kami dengan gaji yang didapatkannya selama bekerja dengan Tuan. Untung saja Tuan berkunjung ke sini. Jadi kami punya kesempatan untuk berterima kasih."
Saudagar Divo bingung. Seingatnya, gaji Logi sangat kecil. Namun Logi masih mau berbagi dengan anggota keluarganya yang begitu banyak. Karena melihat saudagar Divo masih bingung, pria tadi lalu menerangkan...
"Nenek yang Ruan lihat pertama kali adalah ibuku. Ia baru saja pulang mengambil air di sungai. Lalu wanita muda yang turun setelahnya adalah adikku. Ia menggantikan tugas ibuku. Anak kecil tadi adalah anakku. Tadi ia ingin membeli sekilo ubi untuk makan siang kami. Tapi karena uangnya kurang, ia kembali ke sini untuk mengambil uang lagi. Sementara aku... ha ha... sebetulnya aku tidak sakti. Peti berat tadi bisa terangkat karena aku menggunakan katrol kayu. Aku menggunakan akal. Bukan kesaktian."
Si nenek lalu menambahkan.
"Tapi mungkin Logi ada benarnya. Rumah ini adalah tangga kebahagiaan bagi kami. Logio selalu mengingatkan kami untuk saling menolong dengan tulus. Supaya kita hidup abadi di dalam semua orang meskipun kita sudah tiada. Kita juga harus bersyukur, sehingga merasa bahagia, bagai harta yang berlipat ganda. Juga mau belajar menggunakan akal dalam segala hal."
Saudagar Divo terdiam. Pantas selama ini ia tidak pernah merasa bahagia. Kini ia mengerti maksud Logi. Dengan berbuat baik, maka ia bisa abadi di hati semua orang. Dengan bersyukur, ia akan bahagia bagai memiliki harta berlipat ganda. Lalu akal, lebih penting daripada kesaktian dan harta.

taken from Bobo 27/01/2007

1 komentar: